Powered By Blogger

Senin, 20 Desember 2010

Mus Mujiono Inspirasiku

Mus Mujiono lahir di Surabaya, 15 Maret 1960. Nono, demikian biasa dia dipanggil, dikenal sebagai musisi jazz tanah air, julukannya adalah 'George Benson Indonesia'. Nono sangat menyukai musik. Demikian sukanya, ia bisa hampir semua alat musik. Mulai dari kibor, dram, gitar, saksofon, dan lain-lain kecuali trumpet.

Sejak kelas enam SD, Nono sudah menekuni gitar. Maklum, ayahnya musisi keroncong. Kakaknya (Mus Mulyadi) juga penyanyi keroncong. Di usia 18 tahun Nono, yang juga dibesarkan di Surabaya, sudah rekaman dengan bandnya, The Hands.

Bersama The Hands, popularitasnya mulai terangkat, terutama oleh lagu Hallo Sayang. Tapi tak lama kemudian, kelompok itu bubar. Nono terpaksa bersolo karier. Bahkan sampai menghasilkan tujuh album.

Nono mulai menekuni jazz dari Jun Sen, gitaris jazz terkemuka asal Surabaya seangkatan Bubi Chen. Dari musisi yang juga pengusaha alat musik itulah ia mulai mengenal berbagai teori jazz. Bersamaan dengan itu ia juga belajar privat gitar klasik. Tapi itu semata-mata agar bisa membaca not balok dengan baik.

Nono mulai mempelajari teknik scating yang merupakan ciri dari George Benson. Nono tertarik pada George karena kesederhanaannya. Ketika itu (tahun 80-an) kebanyakan gitaris ngerock dengan berbagai macam efek aneh-aneh, berbeda dengan George Benson yang hanya memakai mulut saja.

Setelah menekuni "jurus-jurus" George Benson, Nono mulai dilirik para musisi lain. Ia pun diajak bergabung dengan Jakarta Power Band. Hijrah ke Jakarta memang menjadi obsesinya.

Akhirnya tahun 1995 bersama Glenn Fredly (vokal), Inang Masalo (drum), Yance Manusama (bass), Eka Bhakti (kibor) dan Irvan Chesmala (kibor), berdirilah Funk Section, dengan Nono pada gitar. Mereka masuk dapur rekaman dan membuat album perdana TERPESONA. Album ini tidak sukses, begitu juga dengan keberadaan band.

Tahun 2004, bersama grup Canizzaro merilis album REINKARNASI CANIZZARO yang mengandalkan tembang Seperti Dulu (dengan menghadirkan Trie Utami sebagai bintang tamu).

Sampai usianya yang hampir setengah abad, bersama dengan Agus Dhukun, Erren Dwi Pratiwi alias Tiwi KDI 4, Irghi Barens, Vino D Rossy dan Deddy Namoza, Nono tetap ingin berkarya dengan mendirikan A-Dhu Band. Kendati terbilang baru tapi delapan lagu telah disiapkan A-Dhu Band untuk mengisi album perdana mereka. Sebagian lagu dalam album tersebut diciptakan oleh Nono. Judul-judul lagu di album A-Dhu Band antara lain Sedaci, Siti Djainab, Ini Duniaku, Dosa Cinta?, Kejujuran Cinta Agus Dhukun, Ly, @ku Adalah @ku dan Mba Yayu.

Jumat, 12 November 2010

Guitar Set Up

Set Up terbaik untuk gitar adalah dimulai dari Ujung sampai akhir, artinya mulai dari peghead sampai body (posisi senar in).

Pabrikan gitar ternama seperti PRS, Gibson, Fender dll tentunya punya patokan khusus untuk best set up gitar-gitarnya yang sebetulnya kalau ditarik benang merahnya tidak jauh/selisih berbeda satu dengan yang lainnya.

Sebetulnya istilah Kalibrasi adalah bagaimana men set up gitar dengan ukuran tertentu (ukuran tertentu dengan toleransi max dan minimumnya). Mengapa perlu kalibrasi ? karena pada dasarnya kuping bisa tertipu oleh dinamika suara, early reflection, direct sound, ambiance, dll Apalagi bila ternya amply atau effect yg digunakan tidak Hi Quality (reference amps), sebisa mungkin untuk set up /kalibrasi ini hindari amply modelling, karena pada amply modelling / cosmo sound gitar tidak murni lagi karena di olah oleh prosessor / IC suara / sampler. Gunakan Analog.

Proses awal dimulai dari :

1. Set up neck guitar (straight, press bar maupun nut, fret)
2. String height
3. Bridge ( intonasi yang tepat, gunakan tuner)
4. Pick Up (berkaitan dengan radius neck, string height )

Semua tentunya ada nilai/.standard/ukuran tertentu dengan min / max.

Artinya, semua proses diatas saling terkait satu dengan yang lain.

Untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan Pick Up Active yang tidak memiliki pole pieces ? kalibrasinya adalah dengan berpatokan pada permukaan cover pick up dengan bottom of the string senar 6 dengan senar 1. (tentunya proses ini didahului dengan string height yang sudah sesuai dengan radius neck mulai senar 1,2,3,4,5,6).

Metodenya adalah press last fret, untuk PU active dekatkan sedekat mungkin dengan bottom of the string tapi tidak membuat terbentur dengan cover string, lalu ambil spelling 0,5/32 perbedaan antara senar 6 dan senar 1. senar 6 yg lebih tinggi 0,5/32.

Bagaimana cara mengambil patokannya ?

Pertama kita harus mengenal konstruksi gitar yaitu kemiringan antara neck dengan body (bridge). sebagai ilustrasi : gitar Gibson Les Paul konstruksi nut-bridge nya hampir menyerupai disain biola, berbeda dengan Ibanez yang cenderung FLAT alias rata.

Gitar dengan standard yang baik adalah kemiringan cover pick up sejajar dengan arah senar. Jadi hindari membeli gitar yang pemasangan pick upnya kurang baik posisinya).

Bla..bla...bla.....capekk nih kalau ngetik terus kemudian pada akhirnya yg baca juga kagak pahammm...mendingan praktek langsung aja deh.

Tapi gambaran intinya hampir seperti yang sudah dijelaskan oleh Bro daniel. (walau sebetulnya perlu ada sedikit koreksi disana-sini).

PU height yang lebih dekat senar : attack lebih kuat/massive tapi less sustain.
PU height yang lebih jauh dari senar : attack lebih soft / tdk massive tapi more sustain (asal tidak terlalu ekstrem jauhnya).

Untuk mengatasi selera tersebut diatas, tentunya PU height senar 1 s/d senar 6 harus proposional perbandingannya. tetap dengan patokan 0,5/32.

Sebagai Patokan, anda harus mengenal warna akustik dari gitarmu sendiri (tanpa colok amply) apakah FLAT (eg. ESP japan, dll), Brown (Hamer, dll), Mid (eg. Ibanez, dll), Mid Lo (eg. Gibson LP), dll), Mid Hi, dll

Kemudian sesuaikan dengan warna PU nya.

NB : Mutu PU nya minim yang standard (made in Japan lah...) jangan yg abal2x....he he he

Wah..ini kalau diterusin bisa2x 10 halaman lebih nih.......Fiyuuuhhhh

Secara garis besarnya seperti demikian....memang mending praktek langsung daripada diuraikan secara teori disini...nanti malah bingung.

Teorinya adalah gitar anda harus FIT and best setting...!!!

Gitar yang sama dengan cara setting yang berbeda bisa menghasilkan beda karakter juga.

Sekian,

Mungkin sedikit membantu.

Kamis, 11 November 2010

PARKDRIVE

PARKDRIVE launched their self-titled debut album in August, 2005. With their first single Sekedar Cerita they received an immediate warm welcome from Indonesian music lovers and the media alike. Sales hit 3,000 copies in just three months - quite impressive for a release on an indie label.
Although the group had never performed live prior to their first release, just five days after they finished producing their video clip, they were made MTV's Exclusive Artist of August, 2005. Aside from generous airplay on MTV, they appeared on some the network's other exclusive shows and interviews. Their hit single soon became a popular request and climbed up the charts on several national radio stations.
Made up of two Berklee College of Music graduates, Rayen and Juno teamed up with Mikuni's unique vocals. They continue to make appearances and do interviews on radio and television.
Their fresh, new sound in the Indonesian music industry led them to collaborate with well-known local musicians of the same genre, such as Rieka Roeslan and Ali Akbar from The Groove, Philipe from the Sixth Element and Glen Fredly, both in the studio and in their live shows. One of their works with Glen, Selalu Tersenyum, can be found on the "Cinta Silver" soundtrack.
The band's subtle mix of pop and jazz has earned it a wide range of listeners. They have played different types of gigs varying from high school music shows, product and company events, all the way up to prestigious jazz gatherings such as the recent Bali Jazz Festival 2005 and Jazz Goes to Campus 2005 at the University of Indonesia. In March, 2006, they will be one of the featured guests at the Java Jazz International Jazz Festival.
In 2006, PARKDRIVE launch their second single Kucoba. This song features the vocal and compositional talent of their close friend, Adrian Martadinata, who is also an up and coming singer-songwriter. Aside from its jazzy, R&B feel, the song was chosen for its distinct drum track (coming from sounds made on a table) and Adrian's unique vocals and lyrics. In 2007 they Launch again their album named ParkDrive Repackaged.
BIOGRAPHY

Mikuni Gani
Vocals

Mikuni was born in Surabaya on September 16, 1981. After graduating from high school in Singapore, where she was introduced to theatre music, she went on to Boston College. She finished her business degree and was also chosen to represent her school in the acapella group the BC Sharps. They made one album and she went on to study music composition and performance. She then accepted a scholarship to Berklee College of Music, where she finished a short course in vocal performance.



Juno Adhi
Drums, keyboards, synthesizer, trumpet, back vocals

Juno Adhi was born on June 6, 1982. He graduated from the Berklee College of Music in 2003 with a major in music business and a minor in contemporary composition and production. After working for six months at Universal Music Publishing in Los Angeles, Juno returned to Jakarta to start a production house and Gowa Music with Rayendra. PARKDRIVE is their first project together.



Rayendra Sunito
Drums, electric bass, electric and acoustic guitar, back vocals

Rayendra Sunito was born on December 14, 1979. He decided to become a professional drummer when he was 17. After finishing at the International College of Music in Kuala Lumpur and the Berklee College of Music in Boston, Rayendra began working as a drummer in Jakarta. He has worked with Jeff Kashiwa, Glen Fredly, Rio Febrian, Ada Band, Andien, Tohpati, Humania and Idang Rasyidi.

Rabu, 03 November 2010

Memahami politik dalam masyarakat demokrasi

Memahami politik dalam masyarakat demokrasi
Politik merupakan sebuah istilah yang sangat sering diungkapkan akan tetapi seringkali juga disalah artikan tentang makna dari istilah tersebut. Ketika mendengar istilah tersebut pikiran orang sudah dimuati olah berbagai macam konstruksi perilaku manusia di dalam kehidupan sehari-hari, karena politik menyangkut interaksi yang tidak dapat diabaikan sebagaimana orang berinteraksi ekonomi guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Adalah benar apa yang diungkapkan oleh Robert Hucksfeldt dan John Sprague seperti diawal tulisan ini, bahwa politik merupakan sebuah “game” yang menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang. Akan tetapi politik tidaklah sesederhana seperti ungkapan tersebut.
Politik hadir dimana-mana, disekitar kita. Sadar atau tidak, mau atau tidak, politik ikut mempengaruhi kehidupan kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Hal itu berlangsung sejak kelahiran sampai dengan kematian, tidak peduli apakah kita ikut mempengaruhi proses politik atau tidak. Karena itulah sampai-sampai Aristoteles menyebut politik sebagai master of science, bukan dalam pengertian ilmu pengetahuan (scientific) tetapi dalam pengertian politik merupakan kunci untuk memahami lingkungan. Penjelasan ini menyadarkan kita akan pentingnya mempelajari politik.
Kalau demikian, apakah politik itu? Setidaknya ada lima pandangan mengenai politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik adalah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
Secara lebih singkat Harold Lasswell mengatakan bahwa (proses) politik sebagai masalah who gets what, when, how, masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana. “Mendapatkan apa” artinya mendapatkan nilai-nilai. “Kapan” berarti ukuran pengaruh yang digunakan untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan nilai-nilai terbanyak. “Bagaimana” berarti dengan cara apa seseorang mendapatkan nilai-nilai.
Berkaitan dengan hal ini David Easton merumuskan politik sebagai The authoritative allocation of values for a society, alokasi nilai-nilai secara otoritatif, berdasarkan kewenangan, dan karena itu mengikat untuk suatu masyarakat. Oleh karena itu, yang digolongkan sebagai perilaku politik berupa setiap kegiatan yang mempengaruhi (mendukung, mengubah ataupun menentang) proses pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang dimaksud dengan nilai-nilai? Fungsionalisme mengartikan nilai-nilai sebagai hal-hal yang diinginkan, hal-hal yang dikejar manusia, dengan derajat kedalaman upaya yang berbeda untuk mencapainya. Nilai-nilai itu ada yang bersifat abstrak berupa prinsip-prinsip hidup yang dianggap baik seperti keadilan, keamanan, kebebasan, persamaan, demokrasi, kepercayaan kepada Tuhan, kemanusiaan, kehormatan dan nasionalisme. Nilai-nilai yang bersifat konkret seperti pangan, sandang, perumahan, fasilitas kesehatan, pendidikan, sarana perhubungan dan komunikasi dan rekreasi. Nilai-nilai yang abstrak dan konkret itu dirumuskan dalam bentuk kebijakan umum yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Jadi, kegiatan mempengaruhi pemerintah dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum berarti mempengaruhi pembagian dan penjatahan nilai-nilai secara otoritatif untuk suatu masyarakat.
Keseluruhan proses di atas senantiasa melibatkan apa yang disebut banyak orang sebagai kepentingan umum, maka merumuskan kepentingan umum juga menjadi sesuatu yang penting. Samuel P. Huntington melukiskan kepentingan umum sebagai kepentingan pemerintah karena lembaga pemerintahan dibentuk untuk menyelenggarakan kebaikan bersama. Kekuasaan negara yang direpresentasikan oleh pemerintah (an) dalam menyelenggarakan proses politik dan pemerintahan tercermin dalam sistem politik suatu negara. Sejauhmana kapasitas suatu sistem dapat dilihat dari kapabelitas dari sistem tersebut.
Konteks dari sistem politik di sini adalah sistem politik demokratis yang bekerja pada suatu negara. Dalam konteks ini, institusi-institusi yang membentuk sistem politik itu terdiri paling kurang lima institusi politik, yakni pada lingkungan pemerintahan adalah Pemerintah (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat (Legislatif); pada lingkungan kemasyarakatan adalah Partai Politik dan Kelompok Kepentingan; dan media massa yang memainkan peran sebagai komunikator untuk kedua tataran institusi politik itu, maupun sebagai kontrol atas mereka.
Jika sistem politik dimengerti sebagai pengorganisasian keberadaan lembaga-lembaga politik tersebut dan kerjasama yang terjalin di antara mereka, maka kemampuan sistem politik dapat dimengerti sebagai kesanggupan lembaga-lembaga politik itu secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama merancang dan melakukan langkah-langkah efektif yang terus-menerus demi tercapainya tujuan bersama mereka. Dalam pengorganisasian seperti itu tercakup pula hubungan yang saling mempengaruhi antara satu lembaga dan lembaga-lembaga yang lain.
Dalam kaitan itu, institusi-institusi politik harus melengkapi diri dengan berbagai perangkat kelembagaan supaya dapat menjalankan peran dan fungsi masing-masing sebagai prasyarat bagi bekerjanya sistem politik. Karena itu, kelengkapan kelembagaan institusi-institusi ini bersifat kontributif terhadap kemampuan sistem politik. Output dari kemampuan sistem politik dapat dilihat dari paling tidak dalam lima hal, yaitu : extratctive capability, regulative capability, distributive capability, symbolic capability, dan responsive capability.
Dalam hal ini, kerangka pemikiran tersebut dijabarkan sebagai berikut: pertama, kemampuan dalam hal memenuhi kebutuhan keuangan baik untuk pembiayaan rutin pemerintahan maupun untuk pembangunan. Kedua, kemampuan dalam mengelola kehidupan masyarakat melalui berbagai peraturan yang mengikat. Ketiga, kemampuan membagi dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Keempat, kemampuan masing-masing lembaga politik dalam mengalirkan simbol-simbol dan melaksanakan fungsi-fungsinya. Kelima, kemampuan merancang kebijakan dan merespon perubahan sikap, perkembangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Menyadari luasnya dan besarnya kekuasaan (politik) negara/pemerintah, Montesquieu berpendapat harus ada pemisahan kekuasaan, agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan hanya pada seseorang atau satu lembaga saja. Selain untuk membatasi kekuasaan negara (raja) yang cenderung absolute, juga untuk memudahkan dalam melakukan control terhadap perilaku politik negara/lembaga-lembaga negara dan pemerintah. Pemisahan kekuasaan juga dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan peran dan fungsi dari lembaga-lembaga tersebut. Montesquieu, dengan Trias Politica-nya memisahkan kekuasaan menjadi tiga bagian, yaitu kekuasaan eksekutif (pemerintah), kekuasaan legislative (parlemen) dan kekuasaan yudikatif (kehakiman).
Diambil dari: http://lutfiwahyudi.wordpress.com/2007/03/15/3/

Minggu, 31 Oktober 2010

Gugun Blues Shelter

Pendapat Rollingstone Magz Indonesia. Gugun, salah seorang gitaris blues rock lokal paling brilian dekade ini di tanahair tengah mengalami kegundahan tingkat tinggi. Set My Soul On Fire, album ketiga sekaligus terbaru milik bandnya, Gugun Blues Shelter, hingga saat ini tak kunjung dirilis oleh Sinjitos Records, label rekaman independen yang menjadi rumah mereka sejak 2007.

Padahal, menurut Gugun, proses rekaman, mixing dan mastering serta sampul album tersebut telah selesai digarap sejak tahun lalu. Para penggemar fanatik trio ini yang telah menunggu sejak lama terus menerus menanyakan kabar mengenai rilisnya album baru ini kepadanya dan jawaban Gugun Blues Shelter serta manajemen adalah “tidak tahu.”

“Bingung mesti beralasan apa lagi kepada mereka karena saya sendiri nggak punya jawabannya,” jelas Gugun ketika dihubungi Rolling Stone. Bahkan ketika digelarnya Jakarta International Blues Festival awal November silam di Istora Senayan, trio ini terpaksa menghindar dari konferensi pers agar tidak ditanya wartawan tentang album terbaru mereka.

Band yang sebelumnya bernama Gugun and The Blues Bug ini telah merilis dua album penuh, Get the Bug (2005) dan Turn It On (2007) dengan formasi yang berbeda. Album terakhir mereka bahkan menerima banyak pujian dari media massa nasional serta terpilih menjadi salah satu “Album Terbaik 2007” dari Rolling Stone Indonesia. Salah satu single miliknya “Mengejar Harapan” juga sempat mengisi album soundtrack film fenomenal, Laskar Pelangi.

Line-up terkini dari Gugun Blues Shelter adalah Muhammad “Gugun” Gunawan (gitar, vokal), Jon Armstrong (bass) dan Adityo “Bowie” Bowo (drums). Awal 2009 lalu Gugun Blues Shelter sempat menggelar tur konser keliling Inggris serta Irlandia Utara selama dua bulan penuh dan mendapat respon bagus dari komunitas blues serta promotor musik di sana. Mereka bermain di beberapa festival serta menelusuri sirkuit klub malam antara lain di kota Skegness, Lancashire hingga Belfast.

Belakangan karena dilanda kebingungan akan masa depan album baru, drummer Bowie lantas menulis pesan via fanpage Gugun Blues Shelter di Facebook yang kira-kira berbunyi seperti ini, “Bagi Anda yang mempertanyakan album terbaru kami silakan bertanya langsung kepada label Sinjitos Records karena kami sendiri tidak tahu kapan album itu akan dirilis.”

Kontan pesan ini menyulut protes dari pihak label Sinjitos Records yang lantas menuduh trio ini telah melakukan pencemaran nama baik dengan menyebarluaskan berita seperti itu.

Setelah menggelar musyawarah dengan pihak label mereka kemudian mendapat dua opsi: 1) Membuat permohonan maaf dan jika melakukan pencemaran nama baik kembali mereka akan didenda sebesar Rp 250 juta dan 2) membayar ganti rugi sebesar Rp 75 juta kepada pihak label sebagai kompensasi atas kerugian yang ditimbulkan.

Sayangnya, ketika dihubungi untuk memberikan klarifikasi atas pernyataan Gugun tersebut, Joseph Saryuf, Managing Director Sinjitos Records menolak untuk berkomentar panjang lebar akan persiteruan ini. Ia merasa tak perlu untuk mengumbar masalah internal ini ke media massa dan hanya memberikan keterangan singkat bahwa, “Gugun telah melakukan pelanggaran kontrak kerjasama rekaman dengan kami.”

Saryuf juga sempat menjelaskan kalau uang sebesar Rp. 75 juta yang diminta perusahaannya bukan untuk menebus master rekaman album Set My Soul On Fire namun sebagai pengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh Sinjitos selama ini. “Hak atas master rekaman selanjutnya tetap menjadi milik kami sampai kapanpun,” jelasnya.

“Gue jelas nggak setuju dengan dua opsi tersebut,” kata Gugun secara terpisah, “mereka bilang, `OK, kalau gitu hubungi saja pengacara kalian biar ini diselesaikan lewat pengacara masing-masing.` Gue pun menghubungi pengacara hari itu juga,” jelas Gugun. Sejak saat itu menurutnya komunikasi antar kedua belah pihak pun dilakukan dengan surat menyurat dan melalui pengacara masing-masing. "Setiap kali gue sms dan coba telepon selalu nggak direspon," imbuhnya.

Menurut Gugun, ia dan manajemen tidak bersedia membayar uang ganti rugi tersebut karena merasa pihaknya juga mengalami kerugian karena telah membatalkan 11 konser di Inggris pada pertengahan tahun lalu atas permintaan pihak label. “Mereka keberatan kalau kami tur ke Inggris lagi dan meminta kami menyelesaikan rekaman album dulu, akhirnya kami turuti walau sebenarnya visa kerja kami untuk 6 bulan di sana sudah keluar waktu itu,” jelasnya.

Gugun juga sempat menyayangkan ketika proses rekaman tengah berjalan tiba-tiba pihak label menyodorkan kepadanya kontrak manajemen artis. Di memo terdahulu yang disepakati olehnya tidak ada perjanjian bahwa pihak artis harus menjadi bagian dari manajemen artis Sinjitos Records. Tapi akhirnya kontrak ini dengan berat hati ia tandatangani dengan harapan album baru mereka dapat segera dirilis.

“Gue merasa `diancam` waktu itu. Setelah setahun mengerjakan album kok tiba-tiba ada perjanjian seperti itu,” ujarnya.

Karena tidak mau berlarut-larut, Gugun Blues Shelter lantas mengambil keputusan untuk merekam lagi materi-materi baru bagi album keempat mereka. Proses rekaman bahkan telah dimulai sejak hari Senin (11/1) ini. Rencananya akan memuat delapan lagu dengan durasi panjang yang menurutnya terinspirasi dari album-album Led Zeppelin I - IV.

“Sementara ini kami sepakat untuk skip album itu (Set My Soul On Fire) dan fokus menggarap album baru berikutnya dengan materi yang berbeda. Toh, gue masih punya banyak stok lagu baru,” jelas Gugun.

Walau bersiteru dengan labelnya, Gugun tetap berharap kasus ini bisa diselesaikan diluar jalur pengadilan. Ia tidak mau menuntut ganti rugi dan berusaha untuk mencari jalan tengah dengan musyawarah.

“Kenapa gue bersikap begitu? Karena dia (Joseph Saryuf – Red) juga musisi, gue nggak mau menuntut sesama teman, apalagi musisi. Kecuali kalau dia pure businessman, nggak ada masalah, tuntut aja. Lagipula gue masih respek sama dia,” jelas Gugun menutup pembicaraan.

Previously called the Bluesbug, Gugun Blues Shelter is an Indonesian blues power trio that is a breath of fresh air in the seemingly dying Asian blues scene these days. Influenced by the likes of Jimi Hendrix, Stevie Ray Vaughn, Bettie Davies, and Led Zeppelin among others, the band forced many music fans to take notice of its powerful, flawless genre-crossing blend of blues that incorporate influences from rock, funk, and soul.
Led by guitarist/vocalist Gugun, Gugun & Blues Shelter has released two albums under the Bluesbug moniker “Get The Bug” (2004) and “Turn it On” (2007) that has been gaining praises from music critics and fans alike. ”Turn It On” was voted as one of the best Indonesian album in 2007 by Rolling Stone Indonesia Magazine and Gugun was noted as one of the most promising local guitar player by the same maga-zine. In the same year, Indonesia’s Trax Magazine also voted Gugun as the best guitar player in South East Asia. Gugun Blues Shelter is not only drew the attentions of local music lover only. The band also received attentions from European fans, thanks for years of playing for expatriate fans during its pub-playing days. As the result, Gugun Blues Shelter was participated in Belfast Big River Blues and Jazz Festival 2008 and played several dates in a four-weeks UK tour at cities like Burnley, Scarborough, and Crewe.
Due to the good receptions, the tour was extended to other cities like Leeds, Oxford, York, Rotherham, and culminated in another festival,”Colne Great British R n’ B Festival” at the Manchester outskirt. In Asia, recently Gugun Blues Shelter played several dates in Malaysia in 2008, participated in Singapore Art Festival at the same year, as well as in Indonesia’s big festivals such as Java Jazz Festival and JakJazz Festival. Recently, Gugun & Blues Shelter embarked another European invasion by participated in Skegness Rock and Blues Festival and finished recording another new album, titled “Set My Soul On Fire”.

Jari Kiri Menari: Aku dan Musikku

Jari Kiri Menari: Aku dan Musikku: "Perjalanan Bermusik dalam sebuah band. Pertama kali kita ketemu dan kumpul tu awalnya dari kenalan pas jadi mahasiswa baru di UNDIP. Si Den..."

Aku dan Musikku

Perjalanan Bermusik dalam sebuah band. Pertama kali kita ketemu dan kumpul tu awalnya dari kenalan pas jadi mahasiswa baru di UNDIP. Si Denny temenku pas SMA ngenalin aku sama temen-temen kuliahnya di Planologi UNDIP. Pas itulah kita sepakat buat bikin band baru.

Flashback dikit yaa.. Sebenernya  pas SMA kita udah bikin band, pernah sih band kita juara di beberapa festival dan main di pensi SMA. Namanya Line4Life (hehehe,, gak ngejual yah namanya??) maklum masih amatiran..hehe.. 
Seneng banget punya band ini. Maenya nyambung, vokalisnya (Adit) suaranya keren, basisnya siip (Bimo) sohib terbaiku, drumnya (Denny) berbakat, Gitarnya (Budi) empunya blog ini.. Sayang ga punya lagu sendiri dan umurnya-pun pendek, soalnya cuma jadi penyalur hobi pas masih SMA, belum ada komitmen untuk yang lebih jauh. Tapi aku tetep sayang sama band ini.
Lulus SMA para personil pada cari jalan sendiri-sendiri. Aku kuliah di FISIP Undip, Deny ke Plano Undip, Adit ke Unisula, Bimo ke Siskom Undip.. Belum kepikiran buat ngelanjutin ngeband barengan lagi. Pernah nyoba buat ngejam bareng setelah sekian lama ga ketemu. Tapi tetep ga ada kelanjutannya.

Kemudian tibalah acara-acara kenal-kenalan temen baru kuliah. Ketemu sama Shita dan Valhendy. Bikin band baru namanya INSCREAM dengan formasi Shita di Vocal, Denny di Gitar, Valhendy di Bass, Egy (Adeknya Val yg masih kelas 5 SD saat itu) maen drum. Ketemu di Studio pribadi milik Val yang sekarang jadi basecamp dan tempat latihan rutin kita. Saat itu belum punya gambaran jelas masalah lagu-lagu yang mau digarap, masih bingung nentuin genre. Akhirnya dipilihlah jalur Rock Alternatif. Lagu pertama yang digarap tu lagunya EVO yang judulnya Agresif, tapi gak jadi dipake, gak tau kenapa..hehehe..
Event pertama tiba, ikut Inagurasi Fakultas Ekonomi Undip. Waktu itu kita ga tau itu event apa'an, yg penting ngikut, itung2 band baru cari pengalaman. Ternyata band-band yang tampil tu band Hardcore macam UK Lunch, Sunday Sad Story, dll. Kita kan ga tau tuh acaranya begituan, jadinya kita malah pake lagunya Astaga yang kita Cover sendiri, sama lagunya MUSE yang Can't Take my Eyes Off You. Acara manggung perdana suksess,,





Proyek berikutnya kita Audisi jadi Opening Act pas Inagurasi Yovie and The Nuno di gedung Admiral. Lolos audisi terbaik kita maen primetime band pembuka. Bener-bener pengalaman yang cukup fantastis, ngelihat kita sebagai band kacangan yang baru kebentuk, belum punya lagu dan cuma bisa Cover lagu orang. Saat itu kita pake Cover Astaga, Wonder Woman, sama Kedua (Drive). Lumayan ditonton banyak orang,,hehehe.. Waktu itu kita pake tambahan vokalis, namanya Ardian, angkatan 2005 D3 Plano Undip..
Setelah acara itu, kita  vakum cukup lama karena salah satu personil kita ada masalah sama, akhirnya kita mutusin gak manggung dulu.

Kita kembali reuni pas ada acara Modification Contest yang diadain anak-anak Politek Mesin. Formasi masih sama, dengan tambahan satu Vokalis baru namanya Dyna anak Perikanan Undip. Dikenalin sama Shita. (Saat INSCREAM vakum Shita selingkuh sama AMYDEA,, dan berduet sama Dyna yang udah duluan gabung sama Amydea.). Pas event itu kita masih setia pake Cover Astaga, bersama lagu-lagu top 40's seperti Geregetan-Sherina, Lama-lama Aku Bosan-Audy, Cover Sakura. Lumayan lah setelah lama vakum..




Lanjut lagi ikutan Event, kali ini kita nyantol di Inagurasi anak Industri. Jadi Opening Act D'Cinnamons.
Kali ini kita ada sedikit penyesuaian. Kita mulai garap lagu-lagu Pop Jazz. Lagu pertama yang digarap adalah milik Parkdrive-Biarkan dan Parkdrive-Siapa dia Sandy Sondhoro-Malam biru, Ten2Five-Rum Raisin Chocolate ice Cream, dan Ecoutez-Are You Really The One,  
Bersamaan dengan itu, nama kitapun mengalami penyesuaian, kalau INSCREAM dipake agak kurang sreg dengan lagu-lagu yang kita bawain. Sehingga nama kita berganti I.N.S-Cream yang kedengaran lebih soft. Saat itu gitaris kita Denny gak tampil, dia digantiin sama Donny, kenalan Vokalis Kita pas di SEKAZO. Performance lumayan Sukses. Banyak Applause euy,,hhehehe.

Event selanjutnya kita bertahan dengan genre Pop-Jazz, kita kembali tampil di Inagurasi FE Undip bertajuk Sophomore (Sound Photography and More) 2010 tanggal 20 November 2010 sebagai Opening Act Superglad. Kita akan menampilkan komposisi Jazz dari Incognito berjudul Bring You Down, Parkdrive-Siapa dia , dan Ecoutez-Are You Really The One. Tunggu tanggal mainnya.. Keep support us,, I and S Cream
Admin, Budi Mahendra